13 Tips Bicara dengan Anak balita di usia 3-5 tahun



Kadang-kadang benar-benar susah untuk berkata dengan anak-anak kami serta untuk membikin mereka benar-benar memperhatikan serta mendengarkan faktor yang kami katakan.

Apalagi untuk anak balita. Mereka umumnya terbukti telah dapat memahami perkataan orang lain dengan baik. Tapi sebab mereka tetap mempunyai sifat egois, umumnya merespons hanya untuk hal-hal yang menguntungkan dirinya saja. Ini menjawab mengapa anak 3-5 tahun tidak melulu mau mendengar perkataan orangtua.

1. CARA ORANGTUA MENYAMPAIKAN ISI PESAN PERLU DIUBAH SEHINGGA TAK TERKESAN MEMERINTAH, MENYURUH, MENEGUR, ATAUPUN MELARANG
Bagaimana supaya balita mau mendengarkan kita? Berhubung anak hanya mau mendengar faktor yang menurutnya menyenangkan, tutorial orangtua memberi tau isi pesan butuh diubah jadi tidak terlihat memerintah, menyuruh, menegur, ataupun melarang.

2. SAAT BICARA ADALAH UNSUR PENTING, PILIHLAH KOMUNIKASI YANG TEPAT
Komunikasi dengan anak dapat dengan cara resmi alias tidak resmi. Komunikasi ini bergantung pada anak itu sendiri serta usia mereka.

Berkomunikasi dengan cara resmi dengan perbincangan yang panjangnya lebih dari 2-3 menit dengan anak umur 3 tahun terlihat konyol. Tapi berkata dengannya dengan cara manjur sambil duduk di kursi goyang, sambil membaca buku, serta saat kami di mobil.

Berbagai anak menyukai perbincangan yang serius dengan ayah mereka. Berbagai anak tidak menyukai perbincangan semacam itu serta mereka menutup mulutnya rapat-rapat. Jangan merasa tidak enak apabila tutorial yang Kamu gunakan tidak sukses.

Kuncinya merupakan untuk berkomunikasi. Komunikasi ini dapat dilakukan saat anda bermain ski di lereng gunung, saat memasak di dapur, alias di mana pun anda berada.

3. JANGAN BERBICARA KETIKA SEDANG KESAL PADA ANAK
Tidak sedikit orang tua membikin kesalahan dengan mencoba untuk berkata dengan anak-anak mereka saat mereka sedang kesal. Apabila emosi meningkat, hentikan perbincangan Anda. Baik Kamu ataupun anak Kamu yang sedang memanas, hentikan perbincangan serta katakan, “Saat ini kami benar-benar sedang marah. Mari kami tunggu serta mendiskusikan faktor ini lagi nanti.”
Dalam faktor ini, Kamu tidak sedang plin-plan. Sebaliknya, Kamu sedang mengontrol situasi. Kami semua tahu bahwa hal-hal penting sebaiknya dibicarakan dengan kepala dingin. Bertindaklah sedewasa mungkin, kontrol situasi, serta pilih waktu yang paling baik untuk menuturkan mengenai faktor itu.

4. POSISI BADAN ORANGTUA KETIKA BICARA SEJAJAR DENGAN ANAK
Posisikan badan kami sejajar setinggi badan balita serta jangan terlalu jauh darinya. Dengan begitu, perhatian anak dapat lebih mudah terfokus serta meringkus pesan alias obrolan yang dilontarkan orangtua.

Apabila anak terlihat tidak memerhatikan, sentuhlah dirinya untuk hebat perhatiannya. Sikap itu menunjukkan keseriusan kami dalam berkomunikasi. Kalau butuh, dekap anak saat kami mengajaknya berbicara.

Jarak yang jauh alias kesibukan Kamu pada kegiatan tertentu membikin alur komunikasi takkan hingga dengan baik.

Umpama, Kamu bicara terhadap anak sambil membaca koran di ruang tamu alias melihat TV. Pasti anak merasa dirinya tidak dianggap penting, omongan kami pun tidak dianggapnya penting. Akhirnya anak tidak meringkus pesan yang dimaksud.

5. PENTING ORANGTUA KETAHUI KEMAMPUAN PEMAHAMAN ANAK
Misal, orangtua bertanya, “Kenapa kamu melakukan itu?” Siapa tahu bakal lebih enak bila mengatakan, “Ibu ingin tahu apa yang baru kamu lakukan itu.” Kalimat yang bernada menghakimi, mengancam, alias bahkan menuduh, membikin anak terpojok.

Ketimbang bilang, “Kamu wajib tidur siang,” coba katakan, “Kamu, kan, sejak pagi capek main. Semacamnya, sih, kini enakan tidur siang deh.” Hindari mengatakan, “Kamu wajib memselesaikan mainan,” gantilah dengan, “Yuk, bunda bantu kamu untuk memselesaikan mainanmu.”

Jangan ucapkan kalimat bertanya yang mendorong anak mengatakan tidak. Misal, “Mau enggak kamu memselesaikan mainanmu?” Tapi lumayan katakan, “Sayang deh kalau mainanmu acak-acakan di mana-mana. Kami selesaikan yuk!” Ingat, anak tidak mau diperintah.

Daripada mengatakan, “Awas, makan jangan hingga berantakan, ya. Habis makan, taruh piring di tempat cucian,” lebih baik ucapkan, “Sayang, coba di mana sebaiknya kamu menyimpan piring ini?” Dengan begitu, anak juga belajar untuk berpikir mencari solusi.

Berbicaralah dengan kalimat-kalimat yang tidak sekadar menjurus pada jawaban ya alias tidak. Contoh, “Bahagia di sekolah tadi?” pilihan yang lebih bijaksana merupakan, “Tadi main apa yang seru di sekolah?” Seusai itu, bicarakan topik-topik yang hebat bagi si prasekolah.

6. JANGAN LANGSUNG BICARA, TUNGGU MOMEN YANG TEPAT
Perhatikan, apakah anak sedang asyik dengan kegiatannya? Kalau ya, mungkin percuma saja mengajaknya bicara. Lebih bijaksana kalau kami tunggu dulu sejenak, hingga setidaknya ia tidak sibuk-sibuk amat alias telah menyelesaikan aktivitasnya.

Kadang, susah mengalihkan perhatian anak dari faktor yang sedang ditekuninya. Kalau dirinya sedang asyik main mobil-mobilan, jangan langsung diinterupsi.

Mulailah dengan pendekatan dulu supaya anak tidak merasa kegiatannya diganggu alias tidak dipaksa menimpali omongan kita. Apalagi kalau yang dikatakan orangtua berupa perintah alias larangan.

Beri waktu berbagai menit sebelum meminta anak melakukan sesuatu. Contoh, “Nak, kalau jarum jam yang singkat menunjuk angka 12, kamu makan ya. Seusai makan, kamu boleh main lagi.”

Dengan begitu si prasekolah relatif tidak merasa aktivitasnya terganggu. Lagi pula, dengan tutorial itu anak mempunyai persiapan ketika wajib menghentikan kegiatannya.

7. KATA-KATA YANG DIUCAPKAN SEBAIKNYA PENDEK ATAU SEDERHANA
Tidak terlalu berpanjang-panjang apalagi berbelit-belit. Sesekali perhatikan bagaimana balita berkomunikasi dengan kawan sebayanya. Cermatilah caranya.

Bila anak menunjukan gejala bahwa dirinya tidak tertarik diajak ngobrol, boleh jadi itu sebab ucapan kami tidak dipahaminya entah sebab bertele-tele, alias sebab berupa kalimat-kalimat perintah serta melarang. Terus kami bertele-tele, maka anak bakal terus menutup telinganya.

8. KONTAK MATA KARENANYA ANAK MERASA MENDAPAT PERHATIAN DAN KEBERADAANNYA BEGITU PENTING
Adanya kontak mata juga menandakan orangtua bersungguh-sungguh terhadap apa yang diucapkan. Dengan menatap matanya, anak pun merasa mendapat perhatian serta keberadaannya begitu penting.

Teguran kitayang sebaiknya disampaikan dengan kalimat-kalimat positifdengan begitu bakal dianggap penting juga oleh anak. Umpama, dalam rangka menegur lakukanan salahnya. Kontak mata pun tetap diperlukan manakala orangtua serta anak berdialog biasa, memberi perintah, alias menanyakan sesuatu.

9. BERBICARA SEPERTI CARA YANG KITA HARAPKAN JIKA ORANG LAIN BERBICARA KEPADA KITA
Berbicaralah terhadap anak dengan tutorial semacam yang kami harapkan apabila orang lain berkata terhadap kita.

Apabila hendak minta bantuan, yang pertama kali wajib diucapkan merupakan “tolong”, bukan? Niscaya anak tidak merasa dipaksa saat diperintah. Sekaligus orangtua juga mengajari anak untuk bersikap santun.

10. DENGAN CONTOH, ANAK BELAJAR BAGAIMANA MENJADI PENDENGAR YANG BAIK
Ajarkan bagaimana pentingnya mendengarkan. Apabila anak merasa dirinya didengar, maka ia pun bakal belajar mendengarkan kita. Berilah contoh alias teladan yang baik dengan memberi perhatian yang tulus saat anak berbicara. Dengan contoh konkret, anak bakal menyerap serta meniru bagaimana menjadi pendengar yang baik.

11. JANGAN SEKEDAR BICARA, LAKUKAN BERSAMA
Saat melihat mainan balita begitu berantakan, takkan manjur bila kami hanya menyuruhnya memselesaikan semua. Betapa bijaksana bila kami mengajaknya “Kak, ayo kami selesaiin mainannya.” Dengan begitu, unsur perintah lebih tersamar.

Sekali lagi, anak membutuhkan contoh konkret dari orangtua. Bukan tidak mungkin, di kemudian hari, anak bakal mau melakukan yang kami harapkan tanpa menantikan disuruh.

Langkah ini juga memupuk sikap mandirinya, sekaligus mengajarkan bagaimana menjalin kerja sama. Dengan bahu-membahu, maka pekerjaan bakal lebih cepat berakhir.

12. PENTING SESEKALI BERSIKAP TEGAS
Bersikap rutin lembut sebetulnya tidak lebih baik juga bagi perkembangan balita. Supaya anak dapat taat aturan, sikap tegas juga butuh ditunjukkan.

Umpama saat anak melakukan ketidakdisiplinan, tidak ada salahnya ditegur. “Kakak, ini telah waktunya mandi. Ayo matikan TV-nya.”

Sikap tegas berarti mengatakan apa yang butuh/wajib dilakukan dengan nada bicara yang datar tetapi jelas. Dengan bersikap tegas, anak bakal merasa segan pada orangtua jadi tidak mau lagi melanggar aturan.

13. KENALI KARAKTER
Satu faktor yang tidak kalah penting, kenali karakter balita untuk menemukan gaya berkomunikasi yang pas dengannya. Anak yang cenderung pemalu alias pasif terbukti biasanya lebih cuek ketimbang anak yang terbuka alias aktif.

Orangtua yang sehari-hari berhadapan dengan anaknya diinginkan mau lebih jeli mencoba gaya bicara yang paling manjur untuk masing-masing karakter. Sesekali mungkin Kamu lepas kontrol, kembali ke gaya lama alias cenderung emosional menghadapi anak yang cuek. Tidak mengapa, tapi ubahlah segera gaya bicara Kamu sebelum anak menutup telinganya rapat-rapat. Selamat mencoba!

Subscribe to receive free email updates: